Jika Cinta Tak Pernah Ada
Ini adalah hari terindah dalam hidupku, seorang wanita yang selama ini menjadi sahabatku, sekarang menjadi pengisi dahaga jiwa dan hatiku. Mungkin ini yang disebut takdir.
Dan aku tak pernah tahu apa itu cinta, hingga suatu awal cerita dimulai.
Semuanya bermula sekitar tiga tahun yang lalu. Saat aku masih cupu. Eh.. tidak terlalu cupu sih.. hanya saja.. pada saat itu, aku belum mengerti banyak tentang cewek.
sebut saja cewek ini tika.
Tika merupakan cewek cantik, tinggi, putih. Rambutnya yang panjang menunjukkan sosok yang anggun dari dirinya.
Di balik sosoknya yang anggun, aktif di kegiatan kampus, tersimpan banyak cerita tentang Tika. Tiga tahun yang lalu pun, aku sama seperti cowok-cowok yang lain. Menganggap Tika sebagai sosok yang sempurna. Bak dewi yang turun dari kayangan.
Sedangkan aku cowok yg cuek terhadap dunia dan sekitarku..membaca buku dan tenggelam dalam dunia perpustakaan. Dan teman2 sekelasku terkadang anggap aku tak pernah ada.
Mungkin karena latar belakang keluargaku yang kental dengan ajaran agama islam, namun aku sendiri terkukung dan tidak bisa bergaul dengan teman-teman sebayaku. Ah.. ini hanya karena ketidakpercayaan diriku saja.
Aku hanya bisa membayangkan, seperti apa nikmatnya orang yang memadu kasih melalui novel-novel yang kubaca. dari cerita teman-teman yang diutarakannya dengan bangga. Ada juga timbul keinginan dan rasa penasaran untuk merasakan hal itu.
Mungkin asyik jika bisa menjalani cerita seperti di Novel, banyak cerita mengenai arti sebuah cinta dan asyiknya menggapai kasih lewat pacaran. Ah...itu hanya bayang2 semu buatku, karena sejak dulu aku tak pernah mengenal cewek selain ibu,dan adikku.
Hingga suatu saat, ada suatu kesempatan acara di kampus yang membuat aku bertemu dengan Tika.
Namun bayang-bayang semu itu menjadi nyata, ketika Tika, gadis yang seperti dewi dari kayangan itu menghampiriku. "Mas.. mas yang namanya fikri kan ?. Kenalkan saya Tika".
Fikri menyambut perkenalannya. Saat itu perasaannya masih biasa. TIngkah Tika pun hanya kuanggap biasa. Aku tidak berani berspekulasi apapun dan mengharap apapun akan Tika, Saat itu.
"Kata temen2 kmu paling pintar dikelas?aku pengen belajar dari kamu" Tika mengawali pembicaraan.
Fikri terdiam sesaat. Dia Bingung, kalimat apa yang tepat untuk membalas perkataannya.. "Ya.." Hanya kalimat pendek itu saja yang bisa keluar dari mulut Fikri dengan sedikit terbata.
"iya..", Fikri menarik napas panjang. "Insya Allah.. akan aku coba membatu sebisanya", jawab Fikri dengan senyum simpul.
"Oke" Tika tersenyum renyah. "nanti aku hubungi kamu lagi yah?" Kata Tika sambil berlalu. Aku masih tak percaya dg yang terjadi. "Oh ya, aku belum tahu nomermu.. nomer hapenya dong.." Tika kembali ke depan fikri. "Oh.. ini.. 08....".
Tiba-tiba Fikri terbangun dari tidurnya, suara "SAHUR.. SAHUR.." dari pemuda2 yang biasa membangun sahur mulai terdengar. Sudah hampir 2 minggu sejak perkenalan itu, Tika tak kunjung menghubungi. Fikri pun beranjak dari tempat tidur untuk sahur.
Pertemuan yang singkat dengan Tika ternyata membuatku terganggu. Walaupun aku berusaha untuk bersikap biasa, tapi tak bisa kupungkiri rasa penasaranku dengan Tika pun makin besar.
"Mungkin ini suatu jodoh atau hanya kebetulan belaka?" masih dengan lamunan Fikri, dan belum beranjak dari tempat tidurnya.
"Kalaupun jodoh.. sepertinya terlalu berlebihan.." Kusangkal sendiri lamunanku, tersenyum sendiri dan menggalengkan kepala seolah ingin kusibakkan keluar lamunan itu. Jauh dari dalam otakku.
40 menit berlalu, Tomi beranjak dari kursi menuju ketempat wudhu. Suara adzan subuh pun berkumandang, dan terdengar sangat dekat. Maklumlah, rumah Fikri memang dekat dengan mesjid.
Sepulangnya dari masjid, Fikri iseng melihat hape-nya. Ada SMS baru. Fikri lalu membuka SMS itu dan tersentak. Tika yang mengirimkan SMS itu.
"Assalamu'alaykum.. pagi mz Fikri. ehm.. saya Tika.. mz Fikri masih inget ?".
"Masih.. saya masih inget kok :)". Ada apa tik ?
"Ga mz.. cm iseng aj gangguin.. hehehe" Tika membales sms Fikri sambil senyum2 manis.
Sms itu berlalu begitu saja.. dalam keheningan rasa penasaran Fikri terobati, tapi benih2 rindu pun mulai tumbuh di hati Fikri.
"Walaupun aku tidak menemuka sosokmu. Tapi aku masih merindukanmu, diantara khayalan senja. Senyum yang selalu hadir tiap bagiannya". Fikri menuliskan syair di dinding kamarnya.
Tanpa tersadar.. Fikri pun terlelap dalam mimpi.. masih menggunakan sarung dan baju kokonya.
***
Matahari mulai beranjak naik.. Menapaki relung-relung kegelapan pagi.. embun bersama ceritanya mulai meratapi pagi.. dan beginilah pagi yang indah itu dimulai.
Seperti biasa, setelah aku selesai menyelesaikan rutinitas pagi, aku lalu berangkat ke kampus. Di bulan ramadhan ini kampusku banyak sekali mengadakan kegiatan.
Sayangnya saya tidak mengikuti satu pun kegiatan tersebut. Saya lebih suka menghabiskan waktu di perpustakaan dan bercanda dengan sahabat2.
Ditengah kegiatan biasaku, tiba-tiba SMS menyambangiku. Waktu kulihat, ternyata SMS itu dari Tika. Tika meminta bantuan tentang kegiatannya. Aku hanya mengernyitkan dahi.
Kebetulan Tika sedang melakukan kegiatan bakti sosial di salah satu panti asuhan. Berhubung acara tersebut sangat minim laki-laki, Fikri diharapkan dapat membantu.. "hm,, lumayan.. buat bantu angkat2", pikir Tika.
Di SMS itu, Tika berharap banyak agar aku bisa membantu kegiatan bakti sosialnya. Aku sebenarnya tidak terlalu ingin membantu, tetapi aku juga tidak punya alasan untuk menolak permintaan Tika. Aku merenung sejenak.
"Setelah di pikir-pikir, gak ada salahnya bantuin Tika. Toh aku juga gak rugi, itung-itung jg beramal". Gumam Fikri dalam lamunan.
Aku lalu membalas sms Tika, menyanggupi permohonan Tika. Tak berapa lama berselang, sms dari Tika masuk lagi. Sepertinya Tika sangat senang aku bisa turut membantu.
Di lain situasi, Tika masih harap2 cemas.. "hm.. kok ga di bales2 sih,,". "aduh.. kok aku jd gini sih.. nyante aj napa..la wong ketemu dia aja belum", Tika menarik napas panjang.
Tika menjadi kebingungan sendiri. Entah kenapa hari-hari terakhir ini dia banyak teringat ke Fikri. Tapi karena Fikri yang sok-cool, Tika juga enggan untuk terlalu tebar pesona ke Fikri.
"ah kok jadi rasanya kayak di sinetron saja sih...seperti pemuda tampan nan pendiam, dengan gadis jelita", Tika mbatin dalam hati.
Kemudian hari, Tika lalu kembali menyibukkan diri dengan rekan-rekannya untuk menyiapkan kegiatan bakti sosialnya. Baru tengah asyik dengan kesibukannya, Tika melihat Fikri yang berdiri didekat pintu masuk. Tika senang, akhrinya Fikri bersedia datang.
Fikri berjalan mendekati Tika dengan penuh percaya diri.. Tapi.. "syutt.. gubrakk..", suara Fikri terjatuh. Tika melotot "ampun.. kok bisa lupa sih aku barusan ngepel".. "aduh.. kok ember ne kebalik yah".. Tika buru2 mendekati Fikri..
"Kamu tak apa-apa?" Tika membantu berdiri. "Ah.. nggak papa.. nggak papa.." Fikri mencoba berdiri. Fikri agak malu juga berdekatan dengan Tika. "Ah ya.. mana yang bisa kubantu?" Tanya Fikri coba mengalihkan kecanggungannya.
Bukan pertama kalinya Tika ceroboh.. temen-temen dekatnya pun pernah menjadi korban kecerobohannya.. entah itu lupa ngambil kunci motor.. bangun kesiangan.. dan yang paling sering.. bikin orang kepleset..
"Ini.. nanti kardus-kardus ini tolong di angkutin ke mobil.." Ujar Tika sambil menujuk ke kardus yang tertata. "Oh.. oke.. " Fikri lalu mengankat satu kardus "Terus mobilnya mana?" Tanya Fikri. "Ha.. itu tadi.. kok masih belum datang yah?" Tika panik.
Berusaha untuk menenangkan Tika, Fikri meminjam HP Tika.. "Sini aku pinjem HP km buat nelpon temenmu itu". "Aku kasih no.nya ajah deh", Tika masih panik. "ehm.. aku ga ada pulsa.. hehe", jawab Fikri malu.
"Ya udah.. nih.. mau di-dial-in sekalian nggak?". "Ya, sekalian ajah" Fikri lalu berbicara dengan orang diseberang, tak butuh waktu lama, Fikri lalu mengembalikan HP. "Sebentar lagi orangnya datang. Ini kardusnya aku siapin didepan aja yah?".
Tidak lama kemudian muncul, mobil kijang kapsul berwarna hitam..
Setelah Fikri memasukkan semua barang yang akan di-baksos-kan. Mereka lalu berangkat ke Turi, Sleman, tempat tujuan mereka memberikan bantuan.
Duduk bersebelahan dengan Tika memang berbeda.. entah kenapa gadis ini biasanya cerewet namun kali ini terasa sepi banget.. iya.. Belakangan ini, saya memang sering memperhatikan tingkah Tika.
puff.. ya ampun.. apa2an ini.. di penghujung puasa, dsaat2 seperti ini masih saja aku memikirkan Tika, yah.. gadis yang disampingku ini.
"ehmm.. eh Tik.. aq lain waktu boleh main ke rumah", Fikri berusaha membuka pembicaraan.
"Ada apa mas ?, mau mampir apa ?", senyum Tika dengan penuh tantangan.
Fikri hanya tersenyum dan kemudian mengalihkan pandangan ke luar jendela mobil.
"uh.. kok malah di cuekin sih aku.. Ih.. sebel", ungkap Tika dalam hati sambil menggigit bibirnya dan mengalihkan pandangan ke tempat lain.
"Tadi gmn rasanya kepleset mas ?", sindir Tika.
"Biasa aj tuh", Fikri menjawab tanpa ekspresi
"Rumahku di samping mesjid diponegoro mas, pager kuning..", Tika pun mulai cuek.
Fikri tersentak. "Ya Ampun.. rumah ku berarti dekat banget dengan kamu.. cm beberapa langkah saja mungkin sudah sampe", Fikri mulai merespon.
"Iya.. kl jalan paling cm 5 menitan udah nyampe".
"Loh.. kok km tau ?? berarti kita pernah ketemu dong", Fikri penasaran.
"Enggak.. aku cm ngarang kalee mas..", Tika berusaha menyembunyikan kecerobohannya. "tapi beneran yah ?".
*senyum lebar* lagi2 Fikri cm senyum dan memalingkan pandangannya.
Akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Di tempat itu, pengasuh.. dan anak2 panti sudah menunggu.
Tika dan rekan2 lainnya termasuk Fikri, dsambut pengasuh dan anak2 panti dengan ramah. Kebetulan buka puasa bersama juga di adakan di panti asuhan sederhana tersebut.
Tika dan Fikri sesekali saling memandang di tengah kemeriahan acara. Sesekali mereka bercanda dengan anak2 panti yang memang masih terlihat lucu2 dan imut.
Setelah selesai acara, mereka pun mulai berpamitan dengan pengasuh dan anak2 panti.
Perjalanan pulang pun hanya di lewati dengan suasana sepi, tidak ada lagi pembicaraan di antara mereka berdua. Bahkan ketika Tika turun dari mobil untuk berpamitan.. "Mas.. jangan lupa mampir ya ?".
***
Empat hari berlalu setelah acara bakti sosial itu.. Fikri ternyata masih juga belum memiliki keberanian untuk mampir ke rumah Tika, yang letaknya hanya beberapa puluh langkah.
Hingga suatu subuh, dia memberanikan diri untuk mampir di rumah Tika.
Tak beberapa lama setelah Fikri menekan bel, tiba2 seorang ibu menghampiri Fikri.
"Nak Fikri yah.. ini ada titipan dari mbak Tika".
"ehm.. kok sepi sih bu.. memang lagi pada mudik yah".
"Loh nak Fikri ga dkasih tau yah.. jadi baru aja tadi malem seluruh keluarga mbak Tika pindah ke bandung, kebetulan ayahnya pindah dinas.. dan mbak Tika menitipkan itu buat mas Fikri kl mampir ksini".
"Tapi bu.. ibu tau dari mana saya Fikri", setengah emotional dan kaget Fikri penasaran.
"Nanti bakal ada seorang pria yang mampir ksini, dan Ibu sudah mengenal betul orang itu"... "mbak Tika bilang seperti itu ke saya", Ibu itu mencoba menjelaskan.
Terlihat buliran-buliran air mata menetes dari mata Fikri.. dia pun melangkah pulang sambil berpamitan dan membawa surat itu. Tapi Fikri berusaha untuk tidak terlalu emotional.
Sambil berjalan.. di bukanya surat tersebut..
Ya Allah. Terima kasih Engkau telah memberikan perasaan ini kepadaku. Walaupun singkat. tidak terbayang berapa kali subuh kulewati dan bertemu "dia". walaupun "dia" tidak pernah mengetahui keberadaanku selama ini. padahal sudah dekat sekali.
Tapi Engkaulah yang berkehendak, dan aku hanya bisa menjalani semua seperti yang telah Engkau rencanakan untukku.
Ya Allah.. Sucikan hati ku, sehingga dapat melaksanakan kehendak Mu.
Biarkanlah cinta ini melebur dan hanya cinta kepada Mu yang pantas aku berikan. Dan biarlah waktu meleburkan kesejukan cinta yang Engkau berikan untuk memberikan pelangi setelah hujan.
Tapi.. jika takdir Engkau gariskan, dan mempertemukan kedua hati kembali. Berikanlah untuk "dia" kekuatan, sehingga mampu merangkul kesempatan itu..
Jogja, 26 September 2008.
0 comments:
Posting Komentar
Feel Free to Comment this post