Rabu, 16 September 2009

Kata cinta ternyata mengalami dualisme tergantung kepada nuansa hati ketika kata cinta itu terucap. Mari kita simak beberapa kalimat yang berkaitan dengan kata cinta di bawah ini. (Ruang lingkup bahasan cintanya dibatasi antar manusia -sepasang kekasih-red.-, bukan bahasan cinta yang hakiki pada Sang Khaliq).

Ketika orang sedang jatuh cinta, maka kalimat yang bertebaran biasanya seperti ini :

“Cinta itu sejuta rasanya”, “Cinta membuat hidup lebih berwarna”, “Cintalah yang membuatku tetap bertahan”, “Ketika cinta sudah melekat, gula jawa rasa coklat”, dan sejuta kata lainnya yang bisa dirangkai dan diucapkan berkaitan dengan indahnya cinta.

Ketika orang sengsara karena cinta maka bisa saja kalimatnya seperti ini:

“Cinta itu telah membunuhku”, “Cinta itu ternyata menyakitkan”, “Cinta itu meredupkan semangat hidupku”, dan sejenisnya.

Tanpa bermaksud mendefinisikan arti cinta (kalau mau tahu definisi cinta buka saja kamus bahasa Indonesia-red.), mungkin karena kata “Jatuh Cinta” itu sendiri punya makna ganda, maka orang mengalami dua rasa. Yang pertama, kejatuhan cinta yang membuat rasa berbunga-bunga seolah-olah dunia milik berdua, sementara yang lainnya ngontrak (duh…., banyak amat kontrakannya yah…). Yang kedua, orang yang jatuh karena cinta dan membuat hidupnya menjadi sengsara serta tak sedikit yang bunuh diri mengatas namakan cinta.

Mungkin harus dimunculkan ide baru untuk mengimbangi kata “Jatuh Cinta”, yaitu kata “Bangun Cinta”. Kata bangun cinta diharapkan orang akan merasakan kebangkitan (ghirah) ketika merasakan cinta dan tidak pernah patah hati (terjatuh) ketika cinta harus di akhiri.

Marilah kita bangun cinta dengan landasan ikhlas menerima segala kekurangan dan kelebihan dari pasangan kita. Mari saling berbagi dalam cinta, bukan saling menuntut. Tapi, hati-hati…… cinta tak selamanya memiliki.

http://kenuzi50.wordpress.com/2009/01/

Categories:

0 comments:

Posting Komentar

Feel Free to Comment this post

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!